Hidup berjalan pada porosnya. Hari ini, roda mobil melaju ke arah Perpustakaan Daerah. Tari masih harus mengumpulkan beberapa referensi untuk menyusun skripsinya. Karna satu dan lain hal, Linda tak bisa menemaninya. Jadilah ia pergi sendiri menyusuri jalanan kota. Sebuah alunan lagu dari CD J-Rock mengiringinya. Dan selama perjalanan, beberapa anak jalanan sempat menghampiri jendela, apakah itu mengamen, berjualan koran, atau hanya meminta-minta. Tari sempat berpikir sejenak, 'apakah aku harus memberinya beberapa rupiah, mungkin mereka lapar atau mungkin saja keluarga mereka sedang dalam satu penderitaan yang tak aku ketahui. Ataukah, aku harus mematuhi peraturan pemerintah yang sebenarnya melarang mereka berada dijalan seperti itu?' Tapi, belum sempat Tari memberi keputusan atas pertanyaan dalam pikirannya, lampu hijau sudah menyala. Mobil kuningnya harus kembali melaju, meninggalkan kisah hidup anak jalanan.
Empat puluh lima menit mengemudikan setir mobil, tibalah ia. Menghadapkan diri pada tumpukan buku yang merupakan satu dari sekian tahapan penentu masa depan. Mahasiswa jurusan psikologi semester 6 ini memang sedang disibukkan dengan skripsi. Tepatnya, sibuk melakukan penelitiannya yang berhubungan dengan psikologi anak penderita kanker darah merah. Sebuah penyakit yang belum begitu ia mengerti, sehingga ia harus banyak mempelajarinya terlebih dahulu sebelum memulai penelitian. Dan kunjungannya ke perpustakaan hari ini menghasilkan 4 buah buku yang akan ia pahami hanya dalam seminggu. Sambil membawa tumpukan buku, Tari berjalan dan berdoa, "Ya Tuhan, semangatkan aku selalu. Amiin".
I'm not gonna write you a love song, coz...
Dering handphone berbunyi. "nomor siapa ini ya? hmm, angkat aja dulu deh"
"Halo..." Tari mengangkat handphone-nya.
"Apa benar ini Annisa Batari?"
"iya, kamu siapa ya?"
"Tari apa kabar? Ini aku, Kelvino"
"hmm,, sorry tapi aku masih belum ingat"
"Kelvin anak Pak Anwar, teman ayak kamu. Dulu, kita kan sering main pas acara dinas ayah. Ingat kan?"
"Kelvin yang dulu punya kura-kura peliharaan itu?"
"waah,, kamu masih ingat sama si Gege kura-kura punyaku! Iya, ini aku"
"Kelvin apa kabar? aku baik"
"aku juga baik, kamu masih tinggal di Rt tujuh?"
"masih,masih. kamu kuliah kedokteran di Bandung kan Vin? "
"iya, tapi aku sekarang ada di Jakarta selama seminggu. kamu lagi dimana Tari?"
"aku lagi di pepusda Vin"
"kalau begitu, kita bisa ketemu di Semanggi kan? aku traktir deh"
"dimana Vin?"
"di resto jepang itu"
"oke"
"sampai ketemu"
Tanpa pikir panjang lagi, Tari pergi menemui Kelvin di Semanggi. Kali ini, Tari menyetel CD kompilasinya; I turn to you dan Hero pun melantun merdu. Namun, harus terhenti karna tiba-tiba tebrakan itu terjadi. Sebuah mobil pick up menerjang hebat dari belakang mobil. Seketika itu pula, Tari tak sadarkan diri akibat mobil yang dikendarainya harus terlempar menabrak pohon di jalur hijau, membuat kaca depan mobil pecah, dan Tari terbentur stir. Sementara itu, 5 menit setelah kecelakaan terjadi, Kelvin yang menghubungi handphone Tari hanya mendapat jawaban mailbox. Dengan tetap berharap, Kelvin menunggu di resto sambil mendengar radio. Hingga disiarkannya berita kecelakaan lalu lintas yang korbannya Tari.
Kelvin pun segera mendatangi lokasi kejadian yang telah dipagari police line.
"Pak, teman saya Tari sekarang dimana?" tanya Kelvin pada polisi.
"korban wanita telah dibawa ke RSCM?" jawab polisi.
"Pak, tolong antar saya ke sana, saya temannya Pak" ucap Kelvin bergegas.
Kemudian, Kelvin diantar polisi ke RSCM menemui Tari yang terbaring tak sadarkan diri. Tari mendapat beberapa jahitan di tangan kiri dan perban di kepala.
"Tari, maaf, aku belum memberi tahu orang tua kamu karna aku tidak bisa meninggalkan kamu disini dan aku tak punya nomor ayah atau ibu kamu", tutur Kelvin yang duduk di samping tempat tidur Tari selama hampir dua jam. Sebisa mungkin, Kelvin berbicara pada Tari, layaknya membangunkan orang tidur, agar Tari cepat sadarkan diri. Dan akhirnya, jam 5 sore itu, Tari membuka mata.
"Vin, akuu...." ucap Tari tertatih.
"Tari, kamu di RSCM. Ini, minum dulu ya" kata Kelvin.
"Syukurlah kamu sudah sadar," Kelvin melanjutkan.
"Kok kamu ada di sini Vin?" tanya Tari.
K : "aku dengar dari radio. Oh iya, aku belum memberi tahu orang tua kamu Tari. Karna aku tidak punya nomor yang bisa aku hubungi"
T : "biar aku yang telepon, aku pinjam handphone kamu ya Vin, handphone ku sepertinya hancur"
K : "ini, pakailah"
T : "Bu, aku kecelakaan. Sekarang aku di RSCM. Aku ditemani Kelvino, anak Pak Anwar teman ayah"
Ibu : "Astagfirullah,, iya,iya, Ibu segera ke sana."
T : "terima kasih ya Vin"
K : "maaf ya, ternyata jadi begini"
T : "iya, kita malah ketemu di RSCM Vin" dengan masih bisa tersenyum kepada Kelvin "hmm, aku dapat perawatan apa Vin?"
K : "tanganmu dijahit, kepalamu yang terbentur cukup kuat sehingga memar masih perlu di cek lebih lanjut, dan beberapa lebam di bahu"
T : "kamu calon dokter kan Vin? tolong bantuannya ya Dok"
K : "amiin, iya, mba Tari harus cepat sembuh ya"
T : "oke Dok"
Lalu, pembicaraan mereka pun mencair sampai Ibu dan Ayah Tari tiba, sekitar setengah jam kemudian. Di dalam ruangan kamar inap itu, Kelvin hanyut dalam hangatnya suasana keluarga.
"Vin, akuu...." ucap Tari tertatih.
"Tari, kamu di RSCM. Ini, minum dulu ya" kata Kelvin.
"Syukurlah kamu sudah sadar," Kelvin melanjutkan.
"Kok kamu ada di sini Vin?" tanya Tari.
K : "aku dengar dari radio. Oh iya, aku belum memberi tahu orang tua kamu Tari. Karna aku tidak punya nomor yang bisa aku hubungi"
T : "biar aku yang telepon, aku pinjam handphone kamu ya Vin, handphone ku sepertinya hancur"
K : "ini, pakailah"
T : "Bu, aku kecelakaan. Sekarang aku di RSCM. Aku ditemani Kelvino, anak Pak Anwar teman ayah"
Ibu : "Astagfirullah,, iya,iya, Ibu segera ke sana."
T : "terima kasih ya Vin"
K : "maaf ya, ternyata jadi begini"
T : "iya, kita malah ketemu di RSCM Vin" dengan masih bisa tersenyum kepada Kelvin "hmm, aku dapat perawatan apa Vin?"
K : "tanganmu dijahit, kepalamu yang terbentur cukup kuat sehingga memar masih perlu di cek lebih lanjut, dan beberapa lebam di bahu"
T : "kamu calon dokter kan Vin? tolong bantuannya ya Dok"
K : "amiin, iya, mba Tari harus cepat sembuh ya"
T : "oke Dok"
Lalu, pembicaraan mereka pun mencair sampai Ibu dan Ayah Tari tiba, sekitar setengah jam kemudian. Di dalam ruangan kamar inap itu, Kelvin hanyut dalam hangatnya suasana keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar