"Setyo, sejak kapan kamu tertarik dengan sastra?" Tari memulai pembicaraan.
"waktu itu, saya kelas 2 sma. Sastra memang sangat menarik bagi saya, terutama untuk memberikan inspirasi. Awalnya, saya hanya mencari hal baru dalam mengembangkan musik saya. Namun, saya menjadi asyik sendiri menekuni sastra. Ternyata, sastra mempunyai kecocokan dengan permainan piano saya," paparan singkat Setyo.
"oh, begitu ya," lanjut Tari.
"Setyo ini koleksinya bagus-bagus lho! Sastra klasik sampai modern, bahkan puisi," ucap Rara-anggota sastra book club.
Dan club ini juga mempertemukan Tari dengan tiga orang teman baru, dua diantaranya terlihat nyentrik yaitu Rara dan Hafiz, yang keduanya menjalani kuliah di fakultas sastra, universitas swasta. Sedangkan satu orang lagi bernama Vina, perempuan manis berkacamata yang cukup pendiam diantara kami. Sastra book club ini dibentuk menjadi empat kelompok kecil yang berisi 5 atau 6 orang. Rara, Hadi, Vina, dan Setyo, merekalah kelompok kecil yang diikuti Tari.
"Kalau tentang koleksi, Hafiz dan Vina masih lebih unggul dari saya," sahut Setyo.
"ah, tidak juga kok," Vina menambahkan.
"Kalau Tari sendiri, punya berapa koleksi?" tanya Hafiz.
"hmm, saya baru mengoleksi 7 buku, dan tiga diantaranya adalah karya Buya Hamka," jawab Tari.
“wah, aku punya tuh, biografi Buya Hamka, kamu sudah pernah baca Tari?” tanya Rara menyambung pembicaraan.
Begitulah pengalaman seru Tari berdiskusi serta bertukar pinjam buku dengan yang lain. Hingga ia sadar, bahwa semua itu hanyut dalam mimpinya saat ia harus terbaring di sebuah kamar inap rumah sakit.
Selama tiga hari, Tari harus dirawat di RSCM akibat kecelakaan itu. Selama itu pula, Kelvin dengan rajin menjenguk dan menemani Tari bersama sang ibu. Bahkan, karna ibu Tari tak bisa menyetir mobil sendiri, Kelvin sering mengantarkan ibu Tari pulang pergi dari rumah ke rumah sakit. Dan hari ini, Tari sudah dibolehkan pulang dari rumah sakit. Kelvin pun menjemput ibu Tari dari rumah untuk menjemput Tari pulang. Di dalam mobil hitam SX over, ibu Tari memulai pembicaraan, "Vin, berapa lama kamu berada di Jakarta?".
Kelvin : saya hanya seminggu, Tante.
Ibu Tari : ooh, begitu. Orang tuamu apa kabar?
Kelvin : Baik, Tante. Oh ya, Ayah dan Ibu kirim salam untuk Tante. Maaf, mereka tidak sempat menjenguk Tari karena sedang berada di Solo.
Ibu Tari : Iya, tidak apa-apa. Terima kasih Vin.
Kelvin : Mas Harun ada dimana, Tante? Kok, saya belum melihatnya ya?
Ibu Tari : Harun sedang meneruskan S2 di Jepang.
Kelvin : waah, hebat mas Harun!
Ibu Tari : Alhamdulillah Vin. Kamu kapan wisuda Vin?
Kelvin : Insya Allah tahun ini, Tante. Sekarang sedang revisi skripsi.
Ibu Tari : hmm, semoga sukses ya kamu.
Kelvin : Amiin. Terima kasih Tante.
45 menit berlalu, sampailah mereka di RSCM dan menemui Tari di kamarnya. "barang-barang sudah di bereskan semua Tari?" tanya Ibu. Sambil merapihkan diri di toilet, Tari menjawab "sudah, Bu. Tunggu sebentar ya Bu". Lima menit kemudian, Tari pun keluar dari toilet.
Tari : Hai, Kelvin! Kamu mengantar Ibu lagi hari ini?
Ibu : Ibu yang minta tolong sama Kelvin.
Kelvin hanya mengembangkan senyumnya sambil mengangkut tas Tari yang berisi pakaian.
Tari : Ayo kita pulang! Aku sudah kangen rumah dan kampus nih! hihi...
Ibu : Ya harus begitu kan, Vin?
Kelvin : betul, Tante. hehe...
Tari, Kelvin, juga Ibu segera keluar dari rumah sakit, dan melaju ke rumah Tari di wilayah Jakarta Selatan. Setibanya di rumah,
Tari : Kelvin, terima kasih ya, kamu sudah banyak membantu aku dan Ibu selama tiga hari ini.
Ibu : Iya, Vin. Ibu benar-benar terbantu, lho! Terima kasih ya Kelvin.
Kelvin : Sama-sama Tante, Tari. Saya senang bisa membantu Tari dan Tante.
Ibu : Kalau begitu, Ibu masuk rumah duluan ya Tari, Kelvin. Ibu mau masak.
Ibu Tari pun beranjak pergi dari teras masuk ke dalam rumah.
Kelvin : Banyak istirahat ya, Tar. Aku pulang dulu. Assalamu'alaikum.
Tari : Terima kasih banyak ya Vin. Wa'alaikumsalam.
Malam hari itu,
Ibu : Kelvin itu anak yang baik ya? Ibu senang deh, Kelvin banyak bantu Ibu.
Tari : Iya, Bu. Kelvin memang baik.
Ibu : Ayah pernah bilang kan, "kalau Tari dan Kelvin setuju, ayah dan Pak Anwar ingin menjodohkan mereka, Bu." Iya kan Yah?
Tari : Hahh!! Ayah bilang apa?
Ayah : Iya, dulu memang sempat bicara begitu dengan Pak Anwar. Kamu mau Tari?
Tari : aaah, Ayah ada-ada saja...
Ayah : Itu kan harapan Ayah dan Pak Anwar, Tari, supaya hubungan kekeluargaan kita semakin dekat. Tapi, ya terserah kamu, Ayah juga tidak memaksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar