Jam 2 malam, namun Kelvin masih berada di kursi belajarnya menatap buku-buku yang harus ia pahami, dan besok adalah hari ujian bedah baginya. Dalam kesunyian dan hening ditemani cahaya lampu manis di meja, tersorot oleh matanya, sebuah buku catatan kuning di sudut rak buku. Terlintaslah rasa ingin tahu dalam benak Kevin. Lalu, diambilnya buku catatan kuning itu yang ternyata bertuliskan ‘semoga sukses selalu’ di sampul. Kelvin pun tersenyum mengingat suatu kenangan indah. Ketika hendah membuka lembar buku itu, terjatuh sebuah kertas di lantai. Hanya sebuah foto dalam sebuah acara keluarga. Acara silaturahmi antar keluarga dari kerabat kerja ayahnya yang berlangsung 7 tahun lalu, membuat hangat hatinya. Kevin tak dapat meng-elak dari menghayati orang-orang yang ada di foto itu. Hingga sampai pada gambar seorang perempuan remaja yang berdiri di belakangnya. Wajah ramah dari gadis lugu itu membuat Kevin kagum. Kevin ingat bahwa si gadis adalah anak kerabat dekat sang ayah. Sementara, nama si gadis tak langsung muncul di ingatannya. Sebenarnya, Kevin ingin mencari tahu nama gadis itu. Namun waktu sepertiga malam hampir habis. Kelvin masih harus melanjutkan belajarnya dengan diselingi shalat malam. Diletakkannya lagi buku itu.
Sinar di ufuk, datang
melintas jendela kamar
lantunan adzan
juga kicau burung
tersapu angin ke telinga
pagi memesona
Tibalah ujian patologi. Semua usaha yang telah Kelvin lakukan, kini diuji selama 2 jam 30 menit, terhitung sejak jam 9 pagi ini. Detik dan jam pergi perlahan mengiringi Kelvin menjalani ujian hingga selesai.
Berakhirlah sudah masa ujian akhir semester yang berganti masa liburan. Setelah meninggalkan kampus, Kelvin segera menuju kos, lalu mengepak baju dan beberapa barang untuk dibawa pulang. Gelora hatinya kian berbunga membayangkan rumah serta orang tua yang tak lama lagi ia temui, setelah satu tahun merantau demi menimba ilmu. Sedikit demi sedikit, tas Kelvin semakin penuh. Kelvin lihat lagi ke seluruh ruangan kamar kosnya, mengecek kembali apakah ada yang masih ingin ia bawa. Kemudian, buku catatan kuning itu pun menjadi barang pilihan terakhir yang dibawa Kelvin pulang.
Perjalanan 5 jam, harus ditempuh Kelvin dengan kereta bisnis supaya ia bisa tiba di rumah. Di dalam gerbong pertama kereta, terlihat cukup ramai. Tapi Kelvin hanya duduk sendiri di kursi. Menatap pemandangan ke luar jendela; pegunungan, sawah, dan sungai, mengingatkan Kelvin pada buku catatan kuning di dalam tasnya. Foto yang ia lihat semalam pula yang membuat Kelvin penasaran ingin segera membacanya. Lalu, dibukalah buku catatan kuning itu, per helai. Isi buku itu hanya catatan hidup Kelvin selama setahun. Dan dengan senang, Kelvin dapat menemukan nama si gadis di foto yaitu Annisa Batari Liyana atau biasa dipanggil ‘Tari’. Pertemuan terakhir Kelvin dengan Tari terjadi 5 tahun lalu, saat Kelvin dirawat di rumah sakit karena terserang demam berdarah. Tiga tahun menjalani kuliah kedokteran di Bandung, Kelvin benar-benar tak tahu menahu dengan kabar Tari. Sehingga, Kelvin memutuskan untuk mengunjungi Tari setibanya di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar