Blog yang Saya ikuti

Sabtu, 29 Oktober 2011

tuh kan benar...!! (part2)

Cerita lainnya, dengan tema dan judul yang sama...
Sebuah lagu dari Letto yang berjudul Ruang Rindu, pernah ku kirimkan padanya.

"kau datang dan pergi, oh begitu saja. semua ku terima apa adanya. mata terpejam dan hati menggumam. di ruang rindu kita bertemu"

Beberapa waktu lalu, sempat terpikir lagi olehku untuk mendeaktif akun facebook milikku. Sama seperti alasanku dulu, facebook sepertinya memang telah menyita banyak waktuku. huh. -_-' Tapi karena sebuah alasan darinya, akun facebookku masih aktif sampai sekarang.

Hari ini, untuk ke-sekian-kali-nya, dirinya menghilang -mendeaktifkan akun facebook-. tuh kan benar...!! -_-' seperti lagu Letto yang ku kirimkan itu. Sebenarnya sih, banyak hal yang terlintas di pikiranku menanggapi peristiwa ini. Tapi, aku tahu bahwa ada alasan-alasan tertentu yang tidak perlu ku ketahui yang membuatnya begitu. Seperti kata Kim Tak Gu dalam serial drama Korea yang berjudul Bread, Love, and Dream,

"Aku tidak akan bertanya. Karna kau akan memberitahuku, jika aku perlu tahu."

sebuah bentuk kepercayaan yang manis sekali... Subhanallah. :)

Jumat, 28 Oktober 2011

tuh kan benar...!! (part1)

Hidup itu pilihan.

Sejak awal, aku memilih untuk tidak punya twitter. Hingga akhirnya, sekitar tujuh bulan lalu, terpikir dalam otakku, seperti ini... "sebentar lagi, aku akan ppl di SMA. bagaimana kalau nanti banyak siswa-siswa dari tempatku ppl yang menanyakan akun twitterku? kalau begitu, aku harus punya twitter, supaya nanti siswa-siswa bisa kirim pesan padaku lewat twitter". Ya, kurang lebih seperti itu bunyi pemikiranku saat itu. Lalu aku pun membuat sebuah akun twitter dengan nama dewdewtirta. Selama (sekitar) tiga bulan, aku mengelola twitter dengan cukup aktif. Namun kemudian, seiring waktu berlalu dengan bertambahnya kesibukan, aku sadari bahwa jejaring sosila telah menyita banyak waktuku. Terkadang, hanya melakukan hal-hal yang tak penting di sana. Seperti, membaca twit para artis, atau ikut kuis yang hadiahnya tiket konser dan kalah. Dan yang lebih sering membuat atau membalas twit yang gak penting. Oh, so wasting time. Maka, (sekitar) empat bulan lalu, aku menonaktifkan/mendeaktifkan akun jejaring sosial yang aku punya, yaitu facebook dan twitter. Meskipun sebulan kemudian, akun facebook milikku aktif kembali, tapi tidak demikian dengan twitter. Maksudnya, aku tidak lagi punya atau membuat akun twitter yang baru.

Waktu berlalu, tiga bulan sudah aku menjalankan ppl di SMA. Siswa-siswa yang aku ajarkan di SMA, ramah-ramah, asyik, dan seru-seru. Satu per satu, aku berteman dengan mereka di facebook. Dan, ternyata... banyak juga yang menanyakan nama akun twitter aku!!! XD
tuh kan benar...!! hahaa...

sayangnya, sekarang aku sudah tidak punya akun twitter lagi. Karena setelah dipikir-pikir, I don't want to be a foolish just because of following (being follower) someone on twitter or busying myself with unimportant things there. May be someday, when I found a way to not be like that, I'll make a new acount at twitter.

Hidup itu pilihan.
Dan sekarang, aku telah memilih. :)

Minggu, 23 Oktober 2011

tepat sekali

Sesuai banget, dengan apa yang aku pikirkan selama ini, bahwa seharusnya sejak awal aku melaporkan hal-hal janggal yang mengganjal kepada pihak yang berwajib dan pihak yang bertanggung jawab (sebagai pihak penyelenggara). Ya, hal itu bukan semata-mata karena aku melulu mengeluhkan keadaanku. Tapi, karena aku merasakan adanya suatu ketidakbenaran dari sebuah proses yang sedang aku jalani sekarang. Bukan hanya suatu ketidakbenaran, tetapi juga suatu ketidakjelasan. Sementara, sudah seharusnya kebenaran dan keadilan itu ditegakkan, di mana pun.

Sebenarnya, aku sudah sangat menahan diri untuk tidak menceritakannya kepada orang-orang, bahkan kepada kedua orang tuaku. Karena aku malu dan sedih untuk menceritakan hal-hal tidak baik itu kepada mereka yang membuat mereka khawatir atau kecewa, bukannya menceritakan prestasi-prestasi yang bisa mereka banggakan. Namun, aku harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mereka yang ingin tahu perkembangan dan kondisi anak yang mereka sayangi. Dan, cerita itu pun mengalir juga.

Hasilnya, mereka punya reaksi yang sama denganku. Alhamdulillah. Mereka, orang tuaku tercinta, memberikan dukungan penuh padaku. Bahkan, siap membela hak-hak-ku yang terabaikan oleh pihak-pihak tertentu. Tak tanggung-tanggung, mereka juga mau jika harus menempuh jalan advokasi melalui birokrasi. Subhanallah. Aku jadi bersemangat, mendengar kata-kata mereka yang memperjuangkan kepentinganku itu. Dan aku putuskan untuk mencoba memperjuangkan kepentinganku sendiri dahulu. Semangat! Semangat! Allahu Akbar!

Rabu, 12 Oktober 2011

tapi

maksud tak sampai tanpa kata
tapi rasa ini
tidakkah kau merasakannya juga?

aku selalu ingin bilang jangan pergi!
tapi apakah kau tahu rasanya tak didengar?
apakah kau tahu rasanya sepi?

aku disini pun ingin pergi
tapi apa gunanya keluh kesah
kecuali ruang hati bisa terisi lagi

aku tak tahu apa-apa
aku juga tak paham jalan pikirnya
haruskah?
haruskah?
tapi, aku di sini masih menanti

Selasa, 11 Oktober 2011

tak cukup

tak cukup dengan posting jejaring sosial
tak cukup dengan sms di telepon genggam
tak cukup!
tak kan cukup untuk mengungkapkan perasaanku padamu
tak kan cukup untuk menuliskan pemikiranku tentang dunia
tak kan cukup untuk menunjukkan inginku, harapku
tak kan cukup
aku ingin kau di sini
aku ingin kita bertemu
aku ingin bicara, menyampaikan banyak hal
padamu
denganmu
tanpa media, hanya udara

Minggu, 02 Oktober 2011

beda lagi..

puitisasi atau sastra bukanlah selalu sebuah ungkapan kegalauan. walaupun sebenarnya aku pun tidak begitu mengerti tentang arti kata galau, tapi aku rasa agak kecewa dengan pandangan orang-orang yang sering menyamakan semua kata berbau kesusastraan dengan ungkapan galau. ah! kalau dibiarkan, hal tersebut bisa menenggelamkan nilai sastra Indonesia. padahal, sebelumnya saja, khasanah sastra Indonesia bisa dikatakan kalah peminatnya dengan sastra modern. jadi, sekali lagi aku katakan bahwa puitis itu beda dengan galau.

sejak awal kemunculan kata galau ke permukaan pergaulan masyarakat, aku sudah putuskan bahwa kata itu akan dihapuskan dari kamus percakapanku sehari-hari. yah, entah kenapa... yang jelas, aku suka sastra seperti puisi dan tidak suka jika mereka diartikan dengan galau. sastra dan puisi Indonesia harus bisa berjaya! karya-karya sastrawan seperti Taufik Ismail, Buya Hamka, Chairil Anwar, atau Rendra merupakan ungkapan emosi yang terorganisir dengan sangat baik dalam pilihan kata-kata istimewa. dan aku suka itu. dan banyak orang yang suka itu, kemudian mencoba membuat mini sastra dalam posting-posting jejaring sosial. oke! jadi, ayo berhenti meng-galau-kan orang lain! and..
(: keep smile :)