Blog yang Saya ikuti

Selasa, 31 Mei 2011

3 gatsu 9 ka (one litre of tears)



Nagareru kisetsu no mannaka de
Futo hi no nagasa wo kanjimasu
Sewashiku sugiru hibi no naka ni
Watashi to anata de yume wo egaku

Sangatsu no kaze ni omoi wo nosete
Sakura no tsubomi wa haru e to tsuzukimasu

Afure dasu hikari no tsubu ga
Sukoshi zutsu asa wo atatamemasu
Ookina akubi wo shita ato ni
Sukoshi tereteru anata no yoko de

Arata na sekai no iriguchi ni tachi
Kizuita koto wa hitori ja nai tte koto

Hitomi wo tojireba anata ga
Mabuta no ura ni iru koto de
Dore hodo tsuyoku nareta deshou
Anata ni totte watashi mo sou de aritai

Sunabokori hakobu tsumujikaze
Sentakumono ni karamarimasu ga
Hirumae no sora no shiroi tsuki wa
Nan da ka kirei de mitoremashita

Umaku wa ikanu koto mo aru keredo
Ten wo aogeba sore sae chiisakute



Aoi sora wa rin to sunde
Hitsujigumo wa shizuka ni yureru
Hana saku wo matsu yorokobi wo
Wakachiaeru no de areba sore wa shiawase

Kono saki mo tonari de sotto hohoende

Hitomi wo tojireba anata ga
Mabuta no ura ni iru koto de
Dore hodo tsuyoku nareta deshou
Anata ni totte watashi mo sou de aritai

~~~English Translation~~~


In the middle of this drifting season
I suddenly feel the length of the days
In the midst of these quickly-passing days
You and I dream away

With my feelings on the March wind
The cherry blossom buds continue on into spring

The overflowing drops of light
One by one warm the morning
Beside you, I'm a little embarrassed
After a huge yawn

I'm standing at the door to a new world
What I've realized is that I'm not alone

If I close my eyes
You're behind my eyelids
How strong has that made me?
I hope I'm the same for you

The dusty whirlwind
Tangled up the laundry, but
The white moon in the morning sky
Was so beautiful, I couldn't look away

There are things that don't go the way I planned
But if I look up to the sky, even they seem small

The blue sky is cold and clear
The fluffy clouds float by quietly
If I can share with you the joy
Of waiting for the flowers to bloom, I'll be happy

From now on, I want you to be quietly smiling beside me

If I close my eyes
You're behind my eyelids
How strong has that made me?
I hope I'm the same for you

Goodbye days - YUI (ost. Taiyo no uta)

Dakara ima ai ni yuku
So kimetanda
Poketto no kono kyoku wo
kimi ni kikasetai

Sotto boryu-mu wo agete
Tashikamete mitayo

Oh Good-bye Days
Ima, kawaru ki ga suru
Kinou made ni So Long
Kakko yokunai
Yasashisa ga soba ni aru kara
La la la la love with you

Katahou no earphone wo
Kimi ni watasu
Yukkuri to nagare komu
Kono shunkan

Umaku aisete imasu ka?
Tama ni mayou kedo

Oh Good-bye Days
Ima, kawari hajimeta
Mune no oku
All Right
Kakko yokunai
Yasashisa ga soba ni aru kara
La la la la love with you

Dekireba kanashii
Omoi nante shitaku nai
Demo yattekuru deshou, oh
Sono toki egao de
"Yeah, Hello My Friend" nante sa
Ieta nara ii noni

Onaji uta wo
Kuchizusamu toki
Soba ni ite I Wish
Kakko yokunai
Yasashisa ni aeta yokatta yo
La la la la good-bye days

ost. One Litre of Tears - Kona yuki

Kona yuki - Remioromen



Kona yuki mau kisetsu wa itsumo sure chigai
Hitogomi ni magirete mo onaji sora miteru no ni
Kaze ni fukarete nita you ni kogoeru no ni

Boku wa kimi no subete nado shitte wa inai darou
Sore demo ichi oku nin kara kimi wo mitsuketa yo
Konkyo wa naikedo honki de omotterunda

Sasaina ii aimo nakute
Onaji jikan wo ikite nado ike nai
Sunao ni nare nai nara
Yorokobi mo kanashimi mo munashii dake

Kona yuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
Futari no kodoku wo wake au koto ga dekita no kai

Boku wa kimi no kokoro ni mimi wo oshi atete
Sono koe no suru hou he sutto fukaku made
Orite yukitai soko de mou ichi do aou

Wakari aitai nante
Uwabe wo nadete itano wa boku no hou
Kimi no kajikanda te mo nigirishimeru
Koto dakede tsunagatteta no ni

Konayuki nee eien wo mae ni amari ni moroku
Zara tsuku ASUFARUTO no ue shimi ni natte yuku yo

Konayuki nee toki ni tayori naku kokoro wa yureru
Soredemo boku wa kimi no koto mamori tsuduketai

Konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
Futari no kodoku wo tsutsunde sora ni kaesu kara

Senin, 30 Mei 2011

a moment get closer to OwlCity

Minggu pagi, 29 Mei 2011

Rencana awalnya, aku pergi ke rumah Adrie Subono jam 7 pagi dengan mengajak satu adikku atau seorang teman. Seiring waktu berlalu, berdasarkan info-info dari temanku, aku putuskan berangkat subuh-subuh. Dan kemarin, aku pergi sekitar jam 5.30 am. Ini adalah pertama kalinya aku beli tiket konser artis luar negri SENDIRI dan SENDIRIAN. Kenapa sendirian? Karena temanku Arini tiba-tiba saja batal pergi dan adik-adikku tiba-tiba menolak pergi pagi itu. Namun, aku tetap berangkat mengemudikan mobilku melewati jalan raya Ciledug menuju Pondok Indah.

Jalanan di daerah Pondok Indah cukup sepi dan lancar, meskipun aku sempat tersendat macet di jalan Raya Ciledug yang mengarah ke pasar Kebayoran Lama. Tiba di Pondok Indah sekitar jam 6 lewat 15 menit, aku tak langsung dapat menemukan rumah om Adrie (panggilan akrab Adrie Subono bagi anak muda), pemilik Javamusikindo itu. Setelah sedikit bekeliling, salah jalan, dan bertanya pada petugas penjaga perumahan, aku pun tiba di rumah om Adrie sekitar jam 6.30am. Saat itu, aku melihat sudah banyak sekali orang lalu-lalang dan mobil-mobil melintas maupun parkir. Setelah kuparkirkan mobil di tempat yang diarahkan petugas Java, aku berjalan lagi sedikit ke sebuah rumah besar bercat merah muda dan di depan rumahnya didirikan tenda putih yang berisi jajaran bangku.

Dengan modal tekad dan semangat, clingak-clinguk mencari sumber yang menjadi pusat pengambilan nomor antrian pembelian tiket. Beberapa menit kemudian, aku sadari bahwa sumber yang ku cari tidak ada. Lalu, aku tanyakan pada petugas Java yang berpakaian serba hitam, yang saat itu sedang membersihkan jalanan dari sampah yang berserakan. Aku bertanya, "maaf Pak, pengambilan nomor antrian beli tiketnya disebelah mana ya?". Bapak itu menjawab, "Udah abis". Sontak aku kaget campur panik dan spontan aku berkata, "hah! udah abis Pak?!" Ia menjawab, "iya, udah abis dari jam 3. Orang sudah pada datang ke sini sejak kemarin sore." Oh My God, Ya Allah, kalau nomor antriannya saja aku tidak punya, bagaimana mau beli tiket. Sedangkan, di sana tak satu orang pun aku kenal, untuk dimintai tolong.

Aku telpon kakakku nan jauh di mata dan memberikan kabar buruk tersebut. Tak ku sangka, respon darinya kira-kira seperti ini, "eh, kamu coba kenalan sama siapa kek gitu, Ri." Sebuah kalimat imbauan yang sulit untuk aku realisasikan. Tapi, untungnya seorang teman dari temanku Arini bisa aku temui di sana. Aku pun berkenalan dengan Ajeng dan seorang temannya yang aku lupa namanya. Kemudian, tanpa basa basi, aku ceritakan padanya tentang keinginanku membeli dua buah tiket konser, namun kehabisan nomor antrian. Aku bermaksud untuk menitip (meminta tolong belikan) dua tiket pada Ajeng. Karena, setahuku (berdasarkan cerita Arini), Ajeng hanya hendak beli dua tiket saja. Sedangkan, untuk satu nomor antrian, seseorang boleh membeli tiket maksimal 4 buah. Itu artinya, Ajeng masih bisa membelikan dua buah tiket untukku dan kakakku.

Sungguh tak ku duga, Ajeng justru memberikan sebuah kartu nomor antrian yang dimilikinya, kepadaku. Ia bilang, ia punya dua nomor antrian dan ia hanya hendak membeli 4 tiket. Alhamdulillah. Aku bersyukur bisa memiliki nomor antrian 379 dan langsung mengabarkannya ke kakakku via telepon. Aku pun berbincang-bincang dengan Ajeng dan temannya, sambil duduk di rerumputan di samping pagar rumah om Adrie.

Ketika berbincang-bincang bertiga, ternyata si om Adrie keluar rumahnya berdiri di dekat pagar (dari dalam) dan dekat tempat kami duduk-duduk (di luar). Sekitar pukul 8, ada dua anak perempuan (yang aku prediksi seusia siswa smp) menghampirinya, menanyakan nomor antrian. Om Adrie menjawab bahwa nomor antriannya sudah habis dan ia mengimbau untuk beli via online di jam 10 nanti. Lalu, ada seorang lelaki kurus bertopi, berpakaian rapi dengan kemejanya menghampiri om Adrie. Ia menanyakan kemungkinan tiket yang akan ia dapatkan, dengan nomor antriannya yang sekitar diatas 200. Sependengaranku, om Adrie menjawab bahwa lelaki itu kemungkinan mendapat tiket yang Normal (harganya 450 sampai 500 ribu rupiah). Hal itu cukup mengagetkanku. Karena, tujuanku saat itu hanya untuk membeli tiket Presale (harganya 300 sampai 400 ribu rupiah) dan aku juga hanya membawa uang kurang dari 900ribu.

Lagi-lagi, aku panik dan bingung. Bagaimana ini? Uangku pas-pas-an, malah kurang. Tapi, di sisi lain, kakakku sangat berharap bisa nonton konser owlcity. Aku telpon lagi kakakku nan jauh di mata, memberitahukan kabar tersebut. Aku tidak langsung menyerah begitu saja. Aku katakan pada kakakku, untuk mencoba cari tahu dari internet tentang penentuan kuota tiket Presale. Dan aku tanyakan kepada petugas Java lainnya yang kebetulan mondar-mandir di depanku, mengatur parkir mobil yang datang. Ternyata, jawabannya hampir sama dengan yang dikatakan om Adrie. Awalnya, aku bertekad tetap menunggu hingga waktu pembelian tiket untuk nomor antrian 1-100 dibuka, dan berharap masih bisa dapat tiket Presale. Namun setelah beberapa kali menimbang-nimbang, aku putuskan pulang saja. Aku kembalikan nomor antrian ke Ajeng dan aku tidak jadi membeli tiket owlcity, karena besar kemungkinan tidak akan kebagian tiket Presale.

Ya, aku pulang, meninggalkan keramaian rumah Adrie Subono menuju Setia Budi, rumah nenekku. Begitulah, a moment get closer to Owlcity yang aku alami. Sebuah pengalaman menarik bagiku. Walau akhirnya, aku dan kakakku batal nonton konser Owlcity bulan Oktober mendatang.

Sabtu, 28 Mei 2011

Cry and crying

Kini aku sadar bahwa menuliskan kata-kata dari pikiran atau hati kita adalah baik. Dan aku akan menuliskannya.

Kehidupan ini penuh keindahan. Namun, bukan berarti tanpa kesedihan. Air mata itu pun indah. Sebuah nikmat yang sering luput dari kesadaran kita, yaitu air mata dan menangis. Sejak kecil, aku tahu. Aku sering sekali menangis dan merengek. Aku rasa, memang salah satu sifatku adalah manja. Sehingga aku mudah menangis atau merengek pada ibu, bapak, kakak, atau adikku. Dan karena kemanjaan itu, aku juga cukup sering mengeluh. Saat aku masih di sd dan smp, aku sering sekali mengeluh pusing, entah siang atau malam, tanpa penyebab yang jelas. Begitu pula dengan cerita-cerita dari keluargaku yang lainnya, mereka bilang saat aku masih berusia dua tahun, aku pernah menangis kencang karena ditinggal pergi ibuku kerja. Sampai-sampai, om Habib (alm.) mengajakku jalan-jalan seharian untuk mendiamkan tangisanku itu, meskipun tangis dan rengekanku itu tak juga redam. Bahkan, hingga usiaku 20 tahun kini, aku masih sering menangis. Tak sedikit teman-teman kuliah yang mengatakan, "jangan cengeng lagi ya!", untuk memberiku semangat, karena aku cukup sering menangis di depan mereka. Tanpa bisa ku tahan, air mataku mengalir di saat-saat aku sedang menghabiskan waktu bersama mereka. Ya, begitulah aku. Air mataku sering terjatuh, tangisan dan rengekan masih sering ku lakukan. Tapi, bukan berarti aku tidak menyukainya. Aku justru bersyukur, sampai detik ini aku masih bisa menangis dan meneteskan air mataku. Entah kenapa, setelah aku menangis, hatiku terasa lebih lega. Meskipun sebenarnya, kunci untuk mendapatkan ketenangan hati bukannlah dengan menangis. Aku tetap bersyukur, aku memang seorang yang mudah menangis. Alhamdulillah. Saat aku tertawa pun, aku meneteskan air mataku. ^^,

Alhamdulillah.
Hidup ini indah, dengan tawa dan air mata.

Masih banyak yang ingin aku tuliskan, supaya bisa aku ceritakan pada kalian tentang apa yang aku sedang pikirkan atau rasakan. Semoga dengan menulis, aku bisa menjadi lebih baik lagi, hari demi hari.

Jumat, 27 Mei 2011

a journey to be a physics teacher (note1)

-something new and adaptation-

Semua terasa berlalu dengan cepat. Hari ini, hampir tiga tahun, aku menjalani aktivitas sebagai mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Jakarta. Perjalanan yang panjang namun relatif singkat dibandingkan perjalanan waktu bumi telah berputar. Perjalanan itu dimulai dari sebuah masa pengenalan akademik selama tiga hari di bulan Ramadhan. Berkesan, melihat para senior beradu peran yang mencoba memancing emosi para mahasiswa baru. Sebuah masa pengenalan, namun aku tak banyak mengenal mahasiswa lain, tak pula banyak mengenal sistem akademik. Hmm, tapi masa itu cukup menimbulkan kerinduan tersendiri. Sebuah kerinduan akan semangat mengelegar seusai melepas masa sma. Memandang impian masa baru sebagai mahasiswa.

Tahun pertama, semester pertama menjadi mahasiswa di jurusan Fisika aku jalani dengan banyak penyesuaian. Pertama, aku harus menyesuaikan diri dengan perjalanan jauh yang mesti ku tempuh, dari rumah di Ciledug(Tangerang) menuju kampus di Rawamangun (Jaktim). Kalau kuliah pagi jam 8, aku harus berangkat kuliah ba'da subuh, karena jalanan yang ku lalui sering macet. Penyesuaian kedua yaitu teman-teman baru dengan latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. Selanjutnya, penyesuaian terhadap sistem perkuliahan, dosen, dan tugas-tugas yang membuatku cukup sibuk begadang, seperti menulis laporan praktikum. Semua itu rasanya tak kujalani dengan cukup baik, mengingat indeks prestasiku di semester satu bernilai rendah dan dibawah rata-rata. Dan secara jujur aku katakan, saat itu aku belum mengerti dengan sistem penilaiannya, termasuk indeks prestasi. Aku sangat bersyukur, karena aku masih diberi kenikmatan mendapatkan ip senilai itu. Setelah aku sadari, bahwa ip-ku itu bisa dinilai dengan kata 'buruk', aku pacu lagi semangat untuk memperbaikinnya dengan berusaha lebih giat belajar.

Minggu, 15 Mei 2011

secuput malam ini

aku, dan dua adik lelakiku, menatap layar masing-masing. di sebelahku, si adik bungsu sedang bermain game bola (pes) dan di depanku, adikku yang saat ini sma mungkin sedang asyik dengan kaskusnya. hingga tiba-tiba saja, aku terpikir untuk menyaksikan sebuah pertandingan/turnamen futsal. aku berkhayal menjadi supporter yang heboh teriak-teriak mendukung sebuah tim. dari situ, aku langsung saja berkata pada Shiddiq (adikku yang saat ini sma), "aku mau deh, sekali-kali nonton turnamen futsal. kamu ikut turnamen dong." hehe.... dia bilang, "ini juga lagi ikut dua turnamen." aku bilang lagi, "ajak-ajak dong, biar bisa dukung tim futsal kamu. kan enak, teriak-teriak dukung tim kamu, nanti." setelah dia sadar dengan yang baru saja aku katakan itu, dia malah bilang, "ah, enggak ah! enggak! ngapain!" dengan ekspresinya yang malesin. -_-'
yaaah, ternyata adik sendiri malah gak mau ditonton turnamennya. hiks.hiks :'(

you're still the one - Shania Twain



Looks like we made it

Look how far we've come my baby

We mighta took the long way

We knew we'd get there someday



They said, "I bet they'll never make it"

But just look at us holding on

We're still together still going strong



You're still the one I run to

The one that I belong to

You're still the one I want for life

You're still the one that I love

The only one I dream of

You're still the one I kiss good night



Ain't nothin' better

We beat the odds together

I'm glad we didn't listen

Look at what we would be missin'



They said, "I bet they'll never make it"

But just look at us holding on

We're still together still going strong



You're still the one I run to

The one that I belong to

You're still the one I want for life

You're still the one that I love

The only one I dream of

You're still the one I kiss good night

kenangan buruk dengan 'Gatot Kaca'

Baru saja, ku buka daftar email lama di inbox emailku. Di sana, aku temukan sebuah nama, yaitu Gatot Kaca. Saat aku melihat nama itu, peristiwa yang tidak menyenangkan jadi teringat kembali. Kenangan itu membuatku sedikit kesal. Peristiwa yang mencemarkan nama sebuah tokoh perwayangan itu, benar-benar mengecewakanku.

Ketika itu, temanku Tikpo (Ni Larasati K.S.) memberikanku sebuah informasi tentang festival Jepang yang diadakan oleh jurusan bahasa Jepang UNJ. Festival itu diberi tema When Gatot Kaca goes to Kyouto. Salah satu konten festival tersebut adalah lomba karaoke lagu Jepang. Itu adalah sebuah lomba yang sangat menggiurkan bagiku. Sehingga, dengan sisa waktu pendaftaran yang tersisa, aku segera mendaftarkan namaku dengan mengirimkan email dan sms. Email yang ku kirim, dibalas oleh panitia, dengan menuliskan nama Gatot Kaca sebagai pengirim. Dia bilang, aku harus daftar ulang lagi dengan membawa perlengkapannya. Prosedur daftar ulang sebenarnya cukup mudah yaitu membayar administrasi, sedangkan perlengkapannya yaitu cd yang berisi lagu asli serta musik instrumental lagu karaoke yang ingin dinyanyikan, dan lirik lagunya tiga rangkap. Sampai pada hari saat aku hendak mendaftar ulang dan menyerahkan perlengkapannya, tiba-tiba seorang panitia melalui sms mengatakan bahwa kuota peserta lomba karaoke sudah penuh. Dan jika aku tetap ingin mendaftar, artinya aku hanya menjadi peserta cadangan. Akhirnya, aku batalkan saja niatku mendaftar ulang untuk lomba tersebut. Padahal, aku sudah mempersiapkan diri baik-baik. Aku bahkan berlatih bernyanyi setiap malam sambil menghafalkan liriknya yang berbahasa Jepang itu. Bahkan aku berlatih di hadapan kedua temanku, Nenny dan Arini, ketika kami di kampus, untuk mengecek kesiapanku berlomba. Dasar Gatot Kaca yang menyebalkan!

Padahal, baru saja animo atau ketertarikanku terhadap dunia perwayangan (seperti Arjuna, Bima Sakti, dan termasuk Gatot Kaca) menggebu-gebu. Tapi, kenangan peristiwa itu telah merusak citra Gatot Kaca, malam ini. Huft.

Sabtu, 14 Mei 2011

diariku

Jum’at malam, 13 Mei 2011

Sore itu, kuliah gelombang selesai jam 05.00pm. Aku punya janji mengajak kak Dewi pergi ke arion, untuk menunggu jalanan sepi dari macet. Kak Dewi baru selesai mengasisteni Pak Handjoko jam 06.00pm. Setelah menunggu di tempat diskusi di samping loket, akhirnya kira-kira sekitar jam 6.30 aku dan kak Dewi pergi dari kampus menuju arion. Kami makan malam dan berbincang-bincang hangat. Hingga tiba-tiba terdengar suara hujan turun dengan derasnya. Kami pun menunggu di dalam gedung arion itu. Selama kami menunggu, aku teringat kata-kata kak Juki pada krik hari kamis dan aku pun membelikan bebererapa buah roti untuk ku bawa pulang ke rumah. Kami berdua duduk di kursi di dalam gedung arion itu, menyaksikan orang-orang lalu-lalang menawar baju. Jam ke jam, waktu ke waktu, hujan tak kunjung reda. Sebenarnya, Ibu mengatakan bahwa jika hari jumat lebih baik aku kos saja, tapi aku kan kangen. Jam menunjukkan angka 10, semua toko di arion tutup dan semua karyawannya satu per satu pulang. Namun, hujan masih belum berhenti. Gerimis rintik masih turun. Akhirnya kami putuskan pulang meski harus sedikit menerjang gerimis malam.

Sepanjang perjalanan, kami berhenti beberapa kali. Pertama, kami berhenti di spbu rawamangun, karena motorku bensinnya habis. Kedua, kami berhenti di dukuh atas, karena aku mengantuk. Ketiga, kami berhenti di hang jebat, karena aku mengantuk. Keempat di depan tomang tol, kelima di depan spbu dekat jl h.mencong, dan keenam di jl.h.mencong, semuanya karena aku semakin mengantuk. Akhirnya, kak Dewi mengantarkanku sampai depan rumah, mungkin karena ia khawatir melihatku yang dilanda kantuk ini, harus menyetir motor. Tapi memang benar, bahwa aku setengah tidak sadar menyetir motor sampai di rumah. Alhamdulillah, aku tiba di rumah dengan selamat, jam 11.30pm. Adik bungsuku langsung keluar rumah, membukakan pagar untukku. Sedangkan Ibu menunggu ku di depan pintu rumah, melongok kepadaku yang sedang memarkirkan motor di teras.

Seperti yang telah ku duga sebelumnya, ketika sedang menunggu hujan di arion, Ibu agak marah karena aku baru pulang hampir tengah malam. Beliau agak marah, karena khawatir ada apa-apa terhadapku di jalan. Ketika aku berikan roti yang tadi aku beli di arion, Ia malah mengatakan, “kalau pulang kuliah gak usah beli-belian, kayak orang kerja aja”. huft. Tapi, tak apalah. Yang penting aku bisa ketemu Ibu, bisa salim-mencium tangannya, bisa tidur di sampingnya.

Terima kasih Ya Allah. Terima kasih kak Dewi.

Jam 12.40pm, saat ku lihat ponselku, ada beberapa pesan dan miscall. Pesan tersebut antara lain dari Ibu yang menanyakan keberadaanku dan kak Bintang yang menanyakan keberadaan kak Dewi. Sedangkan, misscall dari kakaknya kak Dewi. Teryata, kakaknya kak Dewi menanyakan keberadaan kak Dewi ke kak Bintang. Lalu, kak Bintang menanyakan kepadaku. Dan kak Bintang memberikan nomorku kepada kakaknya kak Dewi. Mungkin karena selama perjalanan itu, ponsel kak Dewi mati, karena baterainya habis.

Untuk kakaknya kak Dewi, maaf telah membuat khawatir, karena harus menunggu kak Dewi pulang hingga tengah malam. Untuk kak Bintang, maaf telah merepotkan, karena jadi ikut bingung dengan keberadaan kak Dewi malam itu yang dicari-cari kakaknya kak Dewi.

Jumat, 06 Mei 2011

My father said, about Somalia Pirates vs Sinar Kudus


Di perairan Somalia sana, memang terkenal dengan perompaknya, sejak lama, sejak dulu. Semua pelaut mengetahui hal itu. Termasuk Bapakku. Dia bilang, kapal-kapal yang melintas di perairan tersebut, bisa berlayar dengan aman, dengan bantuan pengawalan kapal tentara Asing. Dahulu, sewaktu Bapak melintas di sana, kapal yang Bapak nahkodai dikawal oleh kapal tentara Inggris. Kejadian penyanderaan 20 awak kapal Sinar Kudus oleh perompak Somalia mengartikan bahwa perusahaan kapal tersebut (Sinar Kudus) kurang mempertimbangkan keamanan dan keselamatan awaknya, dengan tidak meminta pengawalan kapal tentara Asing di sana. Memang, pengawalan tersebut tidaklah cuma-cuma, alias bayar. Sayangnya, penyanderaan 20 awak itu, tidak dengan segera diberi pertolongan oleh pemerintah. Bapak bilang, tindak criminal itu bersifat personal, bukan bersifat kenegaraan. Personal karena Sinar Kudus merupakan perusahaan swasta, bukan perusahaan negara (negri).


And, this is what I said

Sementara, perusahaan Sinar Kudus tidak ringan tangan mengeluarkan uang tebusan senilai 38,5 miliar rupiah. Tapi, Alhamdulillah, meskipun terkesan agak lamban, akhirnya sandera bisa bebas dengan selamat, dengan membayar uang tebusan dan dengan bantuan TNI, kemarin. Mereka disandera selama sebulan lebih (46 hari). Semoga saja, tidak ada lagi kejadian serupa di lain hari. Setelah pembebasan, alih-alih KBRI di Oman, sempat-sempatnya cari muka di depan media massa dengan menggelar acara perayaan ulang tahun segala.

Hati Hati








Mei 2011

Hati-hati

Hati-hati terror bom buku

Hati-hati teroris

Hati-hati dicuci otak

Hati-hati direkrut NII

Hati-hati dibohongi pemerintah

Hati-hati diajak korupsi

Hati-hati dibajak di laut

Hati-hati disandera perompak Somalia

Hati-hati diprovokasi

Hati-hati

Hati-hati

Hati-hati bakteri di susu bayi

Hati-hati biaya pendidikan naik

Hati-hati

Hati-hati

Hati-hati dilenakan dunia

Hati-hati menonton tv

Hati-hati menjadi tki

Hati-hati banjir

Hati-hati

Hati-hati