Blog yang Saya ikuti

Senin, 03 Juli 2017

tak ada yang spesial

tak ada yang spesial dariku

namun

aku sulit menutupi perasaanku

dan kurang banyak pengalaman bergaul

pipiku memerah dengan seketika

air mataku mengalir seiring aliran emosi di jantung

raut wajahku sangat mudah berekspresi sejelas ekspresi jiwaku

maka

aku sangat berharap

memiliki jiwa yang baik

aliran emosi yang baik

wajah yang bersih

dan

perasaan yang selalu terbimbing pada kebaikan

Allahumma aamiin

Senin, 24 April 2017

Palestina dan pedagang terasi di pantai Belitung



Jadi, kemarin, saat saya di satu pantai Belitung, ada seorang pedagang yang menjajakan dagangannya dengan motor.
Saat itu, saya berjalan paling depan di antara rombongan wisatawan yang baru turun dari perahu.
Pedangan itu menawarkan dagangannya dengan sedikit berteriak, "terasi bakar khas Belitung! terasi bakar siap pakai!". Kira-kira begitulah cara dia berjualan.

Saat pertama saya melihat pedagang itu dari kejauhan, ada banyak hal yang menarik.
1. Pedagang itu seorang diri. Maksudnya, tidak ada pedagang lain yang berjualan di area itu.
2. Pedagang itu masih muda. Wajahnya bersih sekali. Tidak ada tanda-tanda 'orang susah' di wajahnya. Penampilannya bersih dan rapih. Sampai sekarang, saya masih berpikir, kenapa dia berjualan begitu ya? kenapa dia tidak melakukan pekerjaan lain ya?
3. Pedagang itu menggunakan topi hitam bertuliskan PALESTINE. MasyaaAllah. Saya jadi teringat dengan saudara-saudara saya di Palestina. :'( apa kabarnya mereka saat ini?
4. Pedagang itu berjualan mengenakan sarung tangan berbahan kaos warna hitam. Ini adalah hal yang sangat jarang dilakukan pedagang ikan asin dimana-mana, sepengetahua saya. Ini jadi semakin membuat saya heran dan berpikir, apakah dia benar-benar pedagang terasi?

Sambil berjalan menuju bis yang letaknya 20 meter di belakang pedagang itu, saya jadi mengamatinya. Karena saya mengamati, ibu saya (yang berjalan satu langkah di belakang saya) pun ikut mengamati. Lalu, pedagang itu kembali menawarkan dagangannya. Sehingga, kami mendekati dan melihat-lihat dagangannya. Ternyata, dia juga berjualan ikan asin, teripang, dan serbuk teripang, namun jumlah barang dagangannya tidak banyak. Satu per satu, rombongan wisatawan mendekat juga ke pedagang itu. Akhirnya, banyak wisatawan yang mengerubunginya, menawar-menawar harga, dan saya pun demikian. Hehe. Sehingga, tanpa sengaja, saya melihat di bagian depan motor-gerobaknya tertempel stiker bendera Palestina. MasyaaAllah.

Di pulau kecil, di daerah yang jauh dari hiruk pikuk globalisasi, seorang pemuda yang berdagang terasi, ikan asin dan teripang itu begitu berniat mengingat saudara-saudara muslim di Palestina. MasyaaAllah. Alhamdulillah. Malulah wahai diri. Jika kita yang diliputi banyak fasilitas teknologi, pendapatan lancar, atau mungkin malah rezeki yang berlebih, tapi belum peduli juga dengan saudara-saudara muslim di Palestina, Suriah, Somalia, Myanmar, ataupun Guangzou.

Mari, luangkan waktu sejenak untuk memperhatikan mereka, mendoakan mereka, dan membantu mereka secara materil dan moril.

Alhamdulillah. Banyak wisatawan yang membeli dagangannya. Ingatlah! Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu)

Kenyataan bahwa pemuda itu menawarkan barang dagangannya dengan lihai, menunjukkan bahwa dia bersungguh-sungguh dalam berdagang, walau hanya dagang terasi, ikan asin, dan teripang. Ini adalah hal yang patut disyukuri. Dan saya menjadi yakin, bahwa banyak pemuda muslim di "daerah" di Indonesia, yang mau bekerja keras dan peduli pada saudaranya sesama muslim. Alhamdulillah.