Cuaca hari ini teduh. Matahari bersinar, angin bertiup sejuk, meski langit sedikit kelabu. Rasa penasaran di benak Tari, masih menggebu. Ia ingin sekali tahu jawaban Linda atas ungkapan Setyo kepadanya. Ini hari minggu dan Tari sedang tidak ada jadwal kunjungan ke rumah sakit. Ia kemudian pergi menemui Linda di rumah sahabatnya itu. Semakin jauh Tari pergi meninggalkan rumah, semakin gelap langit siang itu. Sepertinya, hujan deras akan segera turun. Untungnya, ia membawa payung di tas, karena ia berangkat menggunakan bus umum antar kota. Rumah Tari dengan rumah Linda yang berjarak 25km itu, ditempuh dalam waktu dua jam perjalanan.
Jam 3 sore, Tari tiba di rumah Linda. Gerimis sudah mulai jatuh dari awan. Namun, paduan rok rampel bunga-bunga dan shirt biru laut yang dikenakan Tari, tetap terlihat cerah menawan beberapa orang di bus dan di jalanan sepanjang ia berjalan. Di depan pagar, Tari menelepon Linda, agar segera membukakan pintu untuknya. Tak berapa lama, pintu terbuka dan Linda menghampiri Tari. Mereka hanya berdua di rumah itu. Orang tua Linda bertempat tinggal di Bandung. Sedangkan Linda tinggal bersama dua orang keponakan perempuan yang saat ini sedang liburan semester ganjil ke rumah orang tua masing-masing.
Duduk berdua di ruang keluarga, bersama sahabat, sambil menikmati hangatnya minuman coklat di tengah suasana hujan gerimis, terasa sangat nyaman. Sejenak hiruk pikuk perkuliahan dan skripsi mereka, bak lenyap tersapu rintik hujan. Saat seperti ini, sangat sesuai untuk saling bicara dari hati ke hati. Linda memulai perbincangan dengan bercerita tentang rencananya pergi ke Bandung besok. "aku akan berada di sana selama 3 hari, karena ada acara keluarga besar," Linda memberitahu kepada Tari. "Kamu mau aku belikan oleh-oleh apa Tari?" Linda bertanya dengan mengukir senyuman manis di bibirnya. Kemudian, Tari menjawab, "oh, begitu. hmm, apa ya? Sebenarnya, apa pun boleh. Tapi kalau mau bawa Kartika atau Amanda, boleh banget, hihii" kali ini Tari menyengir lebar dibalik tawa kecilnya. Beberapa gurauan mengenai berat badan selanjutnya, membuat suasana pun menjadi semakin hangat. Hingga tibalah Tari memulai pembicaraan tentang Setyo. Tari memulainya dengan sebuah pertanyaan, "hmm, bagaimana dengan Setyo? apa jawaban kamu, Linda?" Pertanyaan itu pun berbalas sebuah senyuman lebar di wajah Linda selama satu menit, yang menimbulkan tanda tanya di benak Tari. Kemudian Linda berkata, "ckckck, Tari, Tari" tertawa kecil dan Linda melanjutkan dengan, "itu semua cuma bercanda. Aku cuma bercanda, Tari." Setelah itu, Linda tertawa geli sambil memandangi ekspresi wajah Tari yang terkejut, senang, dan bingung. Tak tega melihat ekspresi Tari itu, Linda pun meminta maaf di tengah tawanya, sambil mendekati Tari dan merangkulnya "maaf, maaf. Aku benar-benar cuma bercanda kok. Apa kamu benar-benar menganggapnya sungguhan, Tari? Itu cuma sedikit ingin tahu tanggapanmu saja sih. Karena dari gelagatmu itu, aku tahu kalau kamu ada rasa dan harap pada Setyo. Iya kan? Ayo, mengaku?" Cukup melegakan bagi Tari, setelah mendengar kata-kata Linda itu. Meski sebenarnya Tari agak malu, karena terkena tipuan Linda dalam waktu yang cukup lama. "aah, Linda. apa-apaan sih? eh, tapi akting kamu hebat juga ya!" kata Tari. Mereka pun tertawa bersama, akrab, dan semakin hangat.
Duduk berdua di ruang keluarga, bersama sahabat, sambil menikmati hangatnya minuman coklat di tengah suasana hujan gerimis, terasa sangat nyaman. Sejenak hiruk pikuk perkuliahan dan skripsi mereka, bak lenyap tersapu rintik hujan. Saat seperti ini, sangat sesuai untuk saling bicara dari hati ke hati. Linda memulai perbincangan dengan bercerita tentang rencananya pergi ke Bandung besok. "aku akan berada di sana selama 3 hari, karena ada acara keluarga besar," Linda memberitahu kepada Tari. "Kamu mau aku belikan oleh-oleh apa Tari?" Linda bertanya dengan mengukir senyuman manis di bibirnya. Kemudian, Tari menjawab, "oh, begitu. hmm, apa ya? Sebenarnya, apa pun boleh. Tapi kalau mau bawa Kartika atau Amanda, boleh banget, hihii" kali ini Tari menyengir lebar dibalik tawa kecilnya. Beberapa gurauan mengenai berat badan selanjutnya, membuat suasana pun menjadi semakin hangat. Hingga tibalah Tari memulai pembicaraan tentang Setyo. Tari memulainya dengan sebuah pertanyaan, "hmm, bagaimana dengan Setyo? apa jawaban kamu, Linda?" Pertanyaan itu pun berbalas sebuah senyuman lebar di wajah Linda selama satu menit, yang menimbulkan tanda tanya di benak Tari. Kemudian Linda berkata, "ckckck, Tari, Tari" tertawa kecil dan Linda melanjutkan dengan, "itu semua cuma bercanda. Aku cuma bercanda, Tari." Setelah itu, Linda tertawa geli sambil memandangi ekspresi wajah Tari yang terkejut, senang, dan bingung. Tak tega melihat ekspresi Tari itu, Linda pun meminta maaf di tengah tawanya, sambil mendekati Tari dan merangkulnya "maaf, maaf. Aku benar-benar cuma bercanda kok. Apa kamu benar-benar menganggapnya sungguhan, Tari? Itu cuma sedikit ingin tahu tanggapanmu saja sih. Karena dari gelagatmu itu, aku tahu kalau kamu ada rasa dan harap pada Setyo. Iya kan? Ayo, mengaku?" Cukup melegakan bagi Tari, setelah mendengar kata-kata Linda itu. Meski sebenarnya Tari agak malu, karena terkena tipuan Linda dalam waktu yang cukup lama. "aah, Linda. apa-apaan sih? eh, tapi akting kamu hebat juga ya!" kata Tari. Mereka pun tertawa bersama, akrab, dan semakin hangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar