Sementara raut muka Tara mulai menunjukkan ketidaknyamanan dengan kehadiran Wahyu dan Harun, Dilla justru berkata, "bolehlah, mau traktir dimana?". Tara spontan terhenyak mendengarnya dan menyahuti Dilla, "Dil, yang benar kamu! Terserah sajalah". Kemudian mereka berempat pun pergi dan mengobrol satu sama lain.
Sebenarnya, biarpun ulah Wahyu dan Harun ini aneh, namun mereka bukan macamnya pemuda tak tau diri ataupun tak sopan. Di kompleks, mereka terkenal mahir di bengkel, melakukan modifikasi mobil-mobil bersama Farhan. Orang-orang juga sering mengajak mereka partisipasi baik dalam kegiatan RT, RW, sampai kelurahan, seperti acara halal-bihalal, tahun baru, ataupun hanya sekedar kegiatan memperingati hari kemerdekaan RI, 17 Agustus. Itulah sebabnya, Dilla meng-iya-kan ajakan Wahyu saat itu.
Sambil menikmati segelas cappucino, kentang goreng, dan fruit salad, mereka akhirnya larut dalam pembicaraan yang menyenangkan. Pembawaan Harun yang sedikit 'asal bunyi' itu cukup menghangatkan suasana diantara mereka. Harun berkata, "kalian itu, belum tahu ya kalau menjadi perbincangan di bengkel? Setiap lewat bengkel, tidak pernah menoleh sama sekali, apalagi menyapa kita-kita. Kalau waktu acara tahun baru itu kalian tidak ikut partisipasi mengurus konsumsi, mana pernah kita tahu kalian sudah masuk tahun kedua di arsitektur UI. Hebat!". Kemudian, Wahyu menyambung pembicaraan, "betul, betul! Akhirnya bisa juga diajak ngobrol bareng disini, super sibuk sekali kalian ini". Tara dan Dilla pun sedikit tertawa mendengar perkataan Wahyu dan Harun. "jadi, kenapa kalian bisa tahu kita disini dan sering tahu tentang acara kuliah kita? Kalian itu jurusan apa di UI?", Dilla bertanya dengan nada penasaran. Dan Tara berkata, "kalian itu tidak ada kerjaan ya, mengikuti kita seperti bukan orang kuliahan saja". Lalu, Wahyu dan Harun menceritakan bahwa mereka saat ini sedang dalam proses menyelesaikan skripsi di tenik mesin UI. Sedangkan informasi perkuliahan Tara dan Dilla dapat dengan mudah mereka dapatkan dari kawan-kawan mereka di jurusan arsitektur. Mereka pun mengakui kalau beberapa kali mengikuti kemana Tara-Dilla pergi. Walaupun awalnya ide itu datang dari Wahyu, Harun sendiri menjadi tertarik dengan usulan Wahyu untuk mengikuti Tari-Dilla karena penasaran dengan sikap Tari-Dilla yang cuek dengan dunia bengkel yang padahal sering sekali di-elu-elu-kan oleh warga kompleks. Sedangkan, teman-teman perempuan satu kompleks lainnya sering datang ke bengkel, entah hanya sekadar mengobrol tentang perkembangan bengkel milik Farhan yang sukses hingga ke ranah para selebritis, ataupun meminta servis mobil. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Tara maupun Dilla. Selain itu, bengkel sedang ada rencana untuk mendesain ulang interior bengkel di tahun depan. Karena, sekarang semakin sering selebritis baru yang datang ke bengkel untuk memodifikasi mobil mereka. Farhan pun mengusulkan untuk mengajak Tara dan Dilla untuk bergabung dalam komunitas bengkel mereka, sehingga tidak perlu repot-repot mencari orang untuk bantu desain renovasi bengkel. Berhubung Tara-Dilla sama sekali tidak peduli dengan keberadaan bengkel, maka Wahyu dan Harun rela membuntuti.
Di lain pihak, Tara dan Dilla yang asyik dengan dunia arsitektur mereka, mengakui memang tidak mau ambil peduli dengan dunia bengkel, karena mereka sama sekali tidak punya urusan. Tetapi, setelah mendengar cerita tersebut, Tara yang sempat merasa terganggu dengan ulah aneh mereka, berubah pikiran dan antusias dengan tawaran mendesain bengkel. Begitu pula Dilla, dengan tenangnya berkata, "boleh saja bantu desain renovasi bengkel, asal cocok harganya". "oh, tentang harga sih, kita siap! Tenang saja", sahut Harun sambil berlagak. Akhirnya, suasana pikiran antara mereka semakin cerah seiring perbincangan mereka itu. Tanpa banyak pertimbangan lagi, Dilla dan Tara bersedia bergabung di komunitas bengkel sebagai renovator interior bengkel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar