Blog yang Saya ikuti

Selasa, 15 April 2014

Guru

Jadi guru itu gampang, siapa saja bisa jadi guru. Tak perlu mengikuti kuliah kependidikan keguruan pun, bisa jadi guru.

Membuat sekolah itu gampang. Siapa saja yang punya uang, bisa.

Lalu, apa gunanya ada kuliah kependidikan yang menghasilkan lulusan sarjana pendidikan?
Lalu, apa gunanya ada kuliah managemen pendidikan?

Meski demikian, meski jadi guru itu gampang, dan mendirikan sekolah juga gampang, sampai sekarang masih saja ada anak Indonesia yang cuma sekolah hingga tingkat dasar. Entah kenapa?

Entah kenapa pula, sarjana - sarjana itu, sarjana ekonomi, sarjana sains, sarjana humaniora, sarjana teknik, dan sarjana lainnya, memutar haluan menjadi guru. Oh, mungkin karena jadi guru itu gampang. Siapa saja boleh jadi guru. Tapi, apakah negara ini kekurangan sarjana pendidikan? Apakah negara ini kekurangan guru?

Bagi saya, jadi guru tidaklah gampang. Saya harus bisa menjadi cermin yang bersih, agar siswa -siswa bisa melihat dirinya sendiri dengan baik dan jelas. Saya harus menjadi peta yang lengkap (bukan peta buta), agar siswa - siswa bisa melanjutkan perjalanan hidupnya dengan baik dan tidak tersesat.
Terlebih lagi, jadi guru, harus tahan dengan pandangan sebelah mata dari orang - orang yang menganggap bahwa profesi guru adalah profesi kepepet (dari pada gak ada kerjaan, mending jadi guru).
Tetapi, sedetik pun, saya tidak pernah berpikir demikian saat saya menjadi siswa dahulu. Begitupun saat ini, keputusan saya untuk tetap menjadi guru, dengan keadaan seperti ini pun, bukan karena "daripada tidak kerja". Melainkan karena saya tidak ingin dunia pendidikan di sekitar saya, dijalani dengan 'seadanya'. Jujur, ini berarti tingkat kepercayaan saya masih kurang, kepada guru yang non sarjana pendidikan. Bukan berarti saya adalah guru terbaik. Tetapi ini semata karena saya ingin yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar