Waktu berlalu, hari berganti. Sudah lama sekali rasanya, Tari tidak bertemu dengan sahabatnya semasa sekolah dulu. Ia bernama Dina. Untungnya, Tari masih menyimpan nomor telepon Dina di handphone. Jadi, selagi ingat, Tari pun menghubungi Dina lewat telepon. Kemudian, mereka berdua membuat janji bertemu di rumah Dina pada siang hari ini.
Dua jam setelah itu, Tari yang baru selesai membuat kue bolu ketan hitam, bersiap-siap pergi mengunjungi Dina di rumahnya. Dengan berbekal bolu ketan hitam, camera digital, dan mini laptop, Tari berangkat mengendarai mobilnya. Rencananya, Tari akan mengajak Dina berjalan-jalan ke PIM, untuk sekadar nonton film, duduk di cafe, atau shopping. Menghabiskan waktu bersama sahabat, rasanya akan menyenangkan, apalagi di saat yang cukup membosankan seperti yang sedang Tari alami.
Setelah menempuh satu setengah jam perjalanan, Tari tiba di rumah Dina. Dari luar, rumah yang hanya berpenghuni dua orang itu tampak sepi. Sejak tiga tahun lalu, Dina hanya tinggal bersama kakaknya. Sang ayah telah lama meninggal dunia dan ibunya meninggal tiga tahun lalu setelah mengidap penyakit ginjal. Dina dan kakaknya sama-sama kuliah sambil kerja paruh waktu. Jadi, mungkin Dina sekarang hanya sendiri di rumah. Begitulah bayangan di benak Tari.
"Assalamu'alaikum Dina", ucap Tari dengan sedikit berteriak di depan pagar rumah Dina. Tapi, karena tak segera mendengar sahutan dari dalam rumah, lalu Tari kembali mengucapkan salam, "Assalamualaikum. Din, Dina, ini aku Tari."Lima menit kemudian, barulah terdengar suara dari dalam rumah, "Wa'alaikumsalam, iya, tunggu sebentar ya Ri." Ternyata itu suara Dina. Lalu, dibukakanlah pintu rumah dan terlihatlah Dina mengenakan long dress biru dan celana bahan berwarna biru gelap. Sambil berjalan menuju pagar, Dina berkata, "Hai Tari, maaf ya agak lama. Tadi aku sedang menggoreng rollade di dapur."
Tari pun memasuki rumah Dina, lalu memeluk sahabatnya itu. Sambil tersenyum bahagia, Tari berkata, "Kamu apa kabar Din? Aku benar-benar kangen Dina. Maaf ya, sudah lama aku tidak menghubungimu." Ditengah pelukannya pada Dina, Tari merasakan suatu perubahan pada tubuh sahabatnya itu. Tari pun melapas peluknya dan ia berkata, "Kamu lebih gemuk dan sepertinya kamu sedang hamil ya Din?" Dina menjawab, "iya, kita masuk dulu yuk, Ri!" Kemudian mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang keluarga. Tari melanjutkan pembicaraan mereka dan berkata, "Kamu sehat-sehat saja kan, Din?" Dina menjawab, "Alhamdulillah aku sehat. Sekarang, kandunganku memasuki bulan ke tujuh, Tari. Kamu juga sehat kan?" Suasana pun berubah seiring ekspresi kesedihan di wajah Dina. "Bagaimana yang sebenarnya, Din? Ceritakanlah padaku," kata Tari. Lalu, Dina memeluk Tari dan air matanya tak terbendung lagi. Kemudian, Dina menangis dipelukan Tari. "Sabar ya Din, apapun yang terjadi, aku akan berusaha membantumu Dina," kata Tari. Setelah beberapa lama, Dina berhenti menangis. Lalu, Dina mulai menceritakan peristiwa yang dialaminya, "waktu itu, bulan Maret tahun lalu, aku menikah dengan teman kerjaku namanya Irfan. Namun, orang tuanya tidak menyetujui pernikahan kami, dan kami menikah siri. Beberapa bulan kemudian, aku pun hamil. Tetapi, seiring dengan itu, kesehatan Irfan menurun perlahan. Ia didiagnosa menderita tubercolosis. Dan dua bulan lalu, Allah telah memanggilnya. Meskipun kedua orang tua Irfan tahu bahwa kami telah menikah, namun mereka masih belum menerimaku sebagai menantu mereka. Hanya Novi, adik Irfan yang masih bersikap baik padaku."
Kemudian, Tari bertanya, "apa yang bisa aku bantu Din?" Dina menjawab, "aku senang saat ini kamu disini. Aku masih bisa berusaha sendiri Tari." Tari berkata lagi, "Din, maaf ya, aku sama sekali tidak tahu keadaanmu selama ini. Sudah ya, jangan bersedih lagi. Kamu harus memikirkan dan menjaga bayi dalam kandunganmu ini kan. Ini Din, sengaja aku buatkan bolu ketan hitam untukmu. Dimakan ya, Din!" Dina berkata, "terimakasih ya, Tar!" Tari berkata, "setelah ini, kita jalan-jalan yuk, Din! Aku mau traktir kamu makan dan nonton." Lalu, mereka berdua pergi ke mall, dan menghabiskan hari bersama. Makan siang, nonton film, berbelanja keperluan bayi, dan pergi ke dokter kandungan untuk periksa kehamilan Dina dan usg. Saat proses usg, berlangsung Tari berkata, "wah, bayi kamu lucu, Din."
Dokter berkata, "diprediksi jenis kelaminnya perempuan."
Dina berkata, "bayinya sehat kan, Dokter?"
Dokter berkata, "alhamdulillah, bayinya sehat."
Usai usg, mereka kembali ke rumah Dina. Dina berkata, "terimakasih ya, Tar. Ohya, sudah malam, apa kamu mau menginap?" Tari berkata, "sama-sama, Din. Sepertinya, aku tidak bisa menginap, masih ada urusan yang harus aku selesaikan besok pagi. Maaf ya. Nanti, aku sempatkan waktu untuk main ke rumahmu lagi, Din. Sekarang aku pulang dulu. Hati-hati ya, Din. Assalamu'alaikum." Dina berkata, "wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai rumah, sms aku ya. Daah Tari!" Dan Tari pun kembali ke mobil, lalu pulang.
Dokter berkata, "diprediksi jenis kelaminnya perempuan."
Dina berkata, "bayinya sehat kan, Dokter?"
Dokter berkata, "alhamdulillah, bayinya sehat."
Usai usg, mereka kembali ke rumah Dina. Dina berkata, "terimakasih ya, Tar. Ohya, sudah malam, apa kamu mau menginap?" Tari berkata, "sama-sama, Din. Sepertinya, aku tidak bisa menginap, masih ada urusan yang harus aku selesaikan besok pagi. Maaf ya. Nanti, aku sempatkan waktu untuk main ke rumahmu lagi, Din. Sekarang aku pulang dulu. Hati-hati ya, Din. Assalamu'alaikum." Dina berkata, "wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai rumah, sms aku ya. Daah Tari!" Dan Tari pun kembali ke mobil, lalu pulang.
awalnya kirain ini kisah nyata, pas di jelaskan olehmu ternyata ini cerita bersambung :)
BalasHapushehe... ^_^
BalasHapus