Blog yang Saya ikuti

Selasa, 26 Oktober 2010

Takkan tergantikan

25 oktober 2010
Siang itu, Jakarta sudah dilingkupi awan mendung ketika aku di kampus a UNJ. Kemudian, hujan deras mulai turun menjelang waktu solat asar tiba (+2.30 pm). Karena ada janji asistensi, disela hujan reda aku pergi menuju kampus b UNJ. Tak disangka, dalam perjalanan mengendarai motor, hujan turun lagi. Sehingga, basahlah pakaianku hampir seluruhnya (-04.00 pm). Sudah tiba ditempat, asistensi judtru sudah selesai. -v_v- [mau apa lagi...]
Sambil menunggu hujan reda, aku duduk berbicang-bincang bersama NEO (Nur Eka Oktaviani). Beberapa lama menunggu, hujan tak kunjung reda, tapi perut memanggil untuk diberi makan (alias lapar ^_^). Kami pun menyantap mie rebus di kantin FMIPA yang kecil itu. Seusai itu, terlihat bahwa hujan mulai reda. Kami pun pulang masing-masing.

Pukul 05.30pm, aku pergi meninggalkan kampus b yang sudah tergenang air dimana-mana. Tak lama kemudian, saat mengendarai motor, hujan turun lagi. Bertambahlah basah gaunku itu. Namun tetap harus berhenti sejenak di mesjid untuk melaksanakan solat magrib (+06.oopm). Seperti biasanya, jalan Sudirman padat merayap plus becek. Perjalanan menempuh hujan terus aku lakukan, dengan tekad tidur pulas di kasur yang hangat di rumah. Di tengah tekadku yang basah, di antara mobil-mobil yang terkena macet, terpaksa aku harus mengalihkan arah perjalanan akibat banjir di depan depkes. Entah ke arah mana aku melaju, yang penting yakin bahwa akan ada papan hijau penunjuk jalan yang bertuliskan "CILEDUG" nanti dapat kutemukan. Kondisi lalu lintas di jakarta selatan saat itu benar-benar macet total (stuck). Bukan hanya mobil yang tak bisa bergerak, motor juga menumpuk dijalan-jalan raya. Termasuk motor yang aku kendarai (=_='). Tapi aku harus tetap berjuang! (Tekad basah plus kedinginan dalam hati yang masih membara). Tentu saja, kalau tidak begitu, mau bagaimana lagi?! Setelah menembus kemacetan, harapan muncul. Akhirnya papan hijau penunjuk jalan bertuliskan "CILEDUG" aku temukan. (hore! >.<) Tiba di kebayoran lama, melewati jembatan kebayoran lama dan seskoal, jalanan yang kulalui cukup lancar, meskipun sebenarnya aku tetap harus berhati-hati karena hujan masih mengguyur jalanan. Dengan senang, aku melajukan motor. (tumben kebayoran-seskoal sepi alias tidak macet! n_n) Baru saja hati ingin bersuka cita, di Cipulir justru macet total menghadang lagi. (WHAT! >o< style="font-style: italic;">traffic light swadaya. Ternyata, kali pesanggrahan meluap dan jalan raya tergenang banjir. (Masya Allah, Astagfirullah)
You know what, ketinggian banjir disana mencapai satu meter dan arus airnya sangat deras, sisa bensin mengkhawatirkan, batere hp mati, jam sudah menunjukkan pukul -09.00 pm, banyak mobil dan motor mogok akibat menerobos banjir, bla, bla, bla, bla (sudah sangat,sangat, rumit sekali banget >_<). Suasana crowded membuatku terpaku dan mondar-mandir mengecek motor yang aku parkir dipinggir jalan. Pikir-pikir daripada aku nanti pingsan, aku pun menyantap bubur madura di kaki lima pinggir jalan. Sebearnya sih, maunya makan nasi padang. Tapi apa dayaku. Uang tak ada. (menyedihkan; sendirian, :( kebingungan, :( kedinginan) Selama duduk menyuapkan bubur kedalam mulut, aku masih terus tengok sana-sini mencari cara keluar dari sana. Berpikir untuk kembali ke arah Jakarta untuk menginap di rumah nenekku pun sudah tak ingin aku lakukan. Karena sudah bisa aku bayangkan seperti apa kepadatan jalan raya yang tadi aku lewati. Lalu, satu per satu harapan muncul; aku menemukan stop-contact (sumber arus listrik) menganggur di dekat tenda-gerobak penjual bubur madura dan ada orang-orang yang menyediakan jasa gerobak untuk mengangkut motor menyebrangi banjir. Alhamdulillah, hp-ku bisa di-charge. Selama satu jam menunggu hp bisa hidup kembali, aku mengobrol dengan seorang wanita yang motornya mogok dan sedang diperbaiki suaminya. Raut wajahku pun sedikit demi sedikit bisa relaks.

___Feels like this story was never ending story____

Pukul +10.00pm, akhirnya hp-ku bisa menyala kembali. Aku pun menghubungi ibuku dan mengirim sms ke beberapa temanku untuk menghilangkan sedikit kekosongan juga kekhawatiran saat itu (bisa ditanyakan langsung pada saksi). Terima kasih buat orang-orang yang sudah membalas smsku (^_^). Seenarnya aku masih bingung harus bagaimana, selain masih menimbang-nimbang pilihan untuk menggunakan jasa gerobak penyebrangan banjir. Setelah berbicara ditelepon dengan ibu dan kakakku, akhirnya aku putuskan untuk naik gerobak. Terima kasih untuk kakakku yang menyarankanku untuk melakukannya (^v^). Karena keberanianku tidak sekuat itu untuk memilih menyebrangi banjir naik gerobak. Memang tidak ada piliha lain. Setelah motor dinaikkan ke gerobak, aku pun naik di atasnya (benar-benar mengerikan berada diatas motor yang berada diatas gerobak yang ditarik seorang bapak tua berkaos biru dan dua pemuda dibelakangnya >.<)
Tapi beruntung aku masih bisa melewati itu dengan selamat. Alhamdulillah. Pukul +10.30 pm, aku pergi meninggalkan banjir luapan kali pesanggrahan. Kali ini, dengan semangat 45 aku melajukan motor ditengah kegelapan malam (sampai-sampai aku hampir tidak mengenali daerah yang aku lewati, karena gelapnya -_-'). Dan sekitar pukul -11.00 pm, aku tiba di kompeks Puri Kartika, dimana rumah tempat aku tinggal berada.

_____actually, this story was very complicated____
Setelah masuk komplek, lagi-lagi air menutupi jalan bahkan ternyata rumahku sudah terendam banjir (innalillaahi -_-)

4 komentar:

  1. nice story dewi, interest bgt, ga bayang klo gw ada di situasi itu kayak gmn..udaa nangis kali gw -_-"

    BalasHapus
  2. alhamdulillah masih bisa nangis, hehehe....

    BalasHapus
  3. hmm..
    perjuangan yang benar-benar tak tergantikan..

    masyaALLAH..

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah banget diberi keberanian.
    ohiya, selamat datang Yuan... :D
    Terimakasih sudah mampir ^v^

    BalasHapus