Blog yang Saya ikuti

Selasa, 11 Oktober 2011

tak cukup

tak cukup dengan posting jejaring sosial
tak cukup dengan sms di telepon genggam
tak cukup!
tak kan cukup untuk mengungkapkan perasaanku padamu
tak kan cukup untuk menuliskan pemikiranku tentang dunia
tak kan cukup untuk menunjukkan inginku, harapku
tak kan cukup
aku ingin kau di sini
aku ingin kita bertemu
aku ingin bicara, menyampaikan banyak hal
padamu
denganmu
tanpa media, hanya udara

Minggu, 02 Oktober 2011

beda lagi..

puitisasi atau sastra bukanlah selalu sebuah ungkapan kegalauan. walaupun sebenarnya aku pun tidak begitu mengerti tentang arti kata galau, tapi aku rasa agak kecewa dengan pandangan orang-orang yang sering menyamakan semua kata berbau kesusastraan dengan ungkapan galau. ah! kalau dibiarkan, hal tersebut bisa menenggelamkan nilai sastra Indonesia. padahal, sebelumnya saja, khasanah sastra Indonesia bisa dikatakan kalah peminatnya dengan sastra modern. jadi, sekali lagi aku katakan bahwa puitis itu beda dengan galau.

sejak awal kemunculan kata galau ke permukaan pergaulan masyarakat, aku sudah putuskan bahwa kata itu akan dihapuskan dari kamus percakapanku sehari-hari. yah, entah kenapa... yang jelas, aku suka sastra seperti puisi dan tidak suka jika mereka diartikan dengan galau. sastra dan puisi Indonesia harus bisa berjaya! karya-karya sastrawan seperti Taufik Ismail, Buya Hamka, Chairil Anwar, atau Rendra merupakan ungkapan emosi yang terorganisir dengan sangat baik dalam pilihan kata-kata istimewa. dan aku suka itu. dan banyak orang yang suka itu, kemudian mencoba membuat mini sastra dalam posting-posting jejaring sosial. oke! jadi, ayo berhenti meng-galau-kan orang lain! and..
(: keep smile :)