Jadi, kemarin, saat saya di satu
pantai Belitung, ada seorang pedagang yang menjajakan dagangannya dengan motor.
Saat itu, saya berjalan paling depan
di antara rombongan wisatawan yang baru turun dari perahu.
Pedangan itu menawarkan dagangannya
dengan sedikit berteriak, "terasi bakar khas Belitung! terasi bakar siap
pakai!". Kira-kira begitulah cara dia berjualan.
Saat pertama saya melihat pedagang
itu dari kejauhan, ada banyak hal yang menarik.
1. Pedagang itu seorang diri.
Maksudnya, tidak ada pedagang lain yang berjualan di area itu.
2. Pedagang itu masih muda. Wajahnya
bersih sekali. Tidak ada tanda-tanda 'orang susah' di wajahnya. Penampilannya
bersih dan rapih. Sampai sekarang, saya masih berpikir, kenapa dia berjualan
begitu ya? kenapa dia tidak melakukan pekerjaan lain ya?
3. Pedagang itu menggunakan topi
hitam bertuliskan PALESTINE. MasyaaAllah. Saya jadi teringat dengan
saudara-saudara saya di Palestina. :'( apa kabarnya mereka saat ini?
4. Pedagang itu berjualan mengenakan
sarung tangan berbahan kaos warna hitam. Ini adalah hal yang sangat jarang
dilakukan pedagang ikan asin dimana-mana, sepengetahua saya. Ini jadi semakin
membuat saya heran dan berpikir, apakah dia benar-benar pedagang terasi?
Sambil berjalan menuju bis yang
letaknya 20 meter di belakang pedagang itu, saya jadi mengamatinya. Karena saya
mengamati, ibu saya (yang berjalan satu langkah di belakang saya) pun ikut
mengamati. Lalu, pedagang itu kembali menawarkan dagangannya. Sehingga, kami mendekati
dan melihat-lihat dagangannya. Ternyata, dia juga berjualan ikan asin,
teripang, dan serbuk teripang, namun jumlah barang dagangannya tidak banyak.
Satu per satu, rombongan wisatawan mendekat juga ke pedagang itu. Akhirnya,
banyak wisatawan yang mengerubunginya, menawar-menawar harga, dan saya pun
demikian. Hehe. Sehingga, tanpa sengaja, saya melihat di bagian depan motor-gerobaknya
tertempel stiker bendera Palestina. MasyaaAllah.
Di pulau kecil, di daerah yang jauh
dari hiruk pikuk globalisasi, seorang pemuda yang berdagang terasi, ikan asin
dan teripang itu begitu berniat mengingat saudara-saudara muslim di Palestina. MasyaaAllah.
Alhamdulillah. Malulah wahai diri. Jika kita yang diliputi banyak fasilitas
teknologi, pendapatan lancar, atau mungkin malah rezeki yang berlebih, tapi
belum peduli juga dengan saudara-saudara muslim di Palestina, Suriah, Somalia,
Myanmar, ataupun Guangzou.
Mari, luangkan waktu sejenak untuk
memperhatikan mereka, mendoakan mereka, dan membantu mereka secara materil dan
moril.
Alhamdulillah. Banyak wisatawan yang
membeli dagangannya.
Ingatlah! Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Allah akan senantiasa
menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (Hadits riwayat
Imam Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu
‘anhu).
Kenyataan bahwa pemuda itu menawarkan barang dagangannya dengan lihai, menunjukkan bahwa dia bersungguh-sungguh dalam berdagang, walau hanya dagang terasi, ikan asin, dan teripang. Ini adalah hal yang patut disyukuri. Dan saya menjadi yakin, bahwa banyak pemuda muslim di "daerah" di Indonesia, yang mau bekerja keras dan peduli pada saudaranya sesama muslim. Alhamdulillah.